Delapan Windu Kemerdekaan

Kalau ditanya, “selama delapan windu kita merdeka seberapa besar kita  melaksanakan kewajiban dan mendapatkan hak sebagai rakyat yang merdeka ?”. Mungkin bingung njawabnya. Kenapa ?. Mungkin selama ini kita hidup gak pernah itung-itungan. Delapan windu atau 64 tahun sebuah waktu yang cukup tua untuk ukuran umur manusia modern, tapi untuk umur kemerdekaan belum tua.

Negeri ini masih harus terus belajar dan memperbaiki diri untuk dapat memberikan kedamaian serta kemakmuran bagi rakyatnya. Tentunya butuh seorang pemimpin yang visioner dan mengerti ke-Indonesaian secara utuh. Negeri ini baru saja menentukan calon pemimpin untuk 5 tahun kedepan. Tugas pemimpin ini cukup berat, terutama memperbaiki kebobrokan dan mengajak rakyatnya untuk bersama membangun negeri ini. Tapi permasalahannya cukup akut, dan butuh kerja keras.

Tahun 2000-an negeri mulai akrab dengan teroris beserta bomber-bombernya, keamanan dan kenyamanan hidup mulai terusik dan ini menjadi pekerjaan yang berat buat negeri ini. Korupsi seperti penyakit koreng yang tak kunjung sembuh tapi malah makin menjadi-jadi. Tekanan ekonomi begitu kuat dirasakan rakyat, menjadikan rakyat susah untuk hidup. Disisi lain kebebasan berekspresi dimanfaatkan betul oleh para penyebar informasi (media). Persaingan membuat mereka gelap mata sehingga bukan memberikan pencerahan tapi malah mengarah pada penyesatan (kasus pengepungan teroris dan banyaknya tontonan televisi tidak berkualitas).

Butuh berapa windu lagi agar negeri ini menjadi negeri adil dan makmur serta merdeka yang sesungguhnya. Tujuh belas Agustus bukan hanya lomba-lombaan khas tahunan, tapi sebuah tanggal dimana negeri ini lahir dengan keberagaman yang unik dan itu adalah modal utama untuk membangun negeri ini. MERDEKA.